Selasa, 24 April 2012

Kekayaan Bukan Segalanya [CERPEN: KEKALUTAN MENTAL]

Dara, bocah yang kini duduk di kelas 5 SD itu adalah seorang anak tunggal dari keluarga Bapak Mukhtar. Keluarga dara terkenal di seluruh penjuru Indonesia. Bapaknya, adalah seorang Bisnisman Perusahaan furniture yang sukses dan sangat kaya raya. Hartanya melimpah, sahamnya ada dimana-mana. Berbagai perusahaan ia bangun, namun yang sangat menonjol adalah perusahaan furniture dan property rumah tangga itu.
                Dibalik kekayaan dan fasilitas yang bisa Dara dapatkan, ia masih merasa dirinya tak bahagia seperti selayaknya anak-anak seumurannya. Kehidupannya dikekang, ia tidak boleh pergi keluar rumah tanpa kawalan beberapa pembantunya. Ia tak boleh bermain dan bergaul dengan orang sembarangan. Bahkan ia pun menempuh home schooling untuk pendidikannya. Ia merasa sangat kesepian tanpa seorang teman. Ia tak nyaman tinggal di istana yang baginya adalah neraka.
                Namun, Dara tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa menuruti perkataan ayahnya yang begitu keras baginya. Ia hanya tinggal bersama ayahnya, ibunya sudah lama meninggal sejak Dara masih berusia 3 tahun karena penyakit Kanker Otak yang begitu ganas. Menambah deretan panjang cerita pahit dan memilukan bagi Dara. Begitu banyak cobaan demi cobaan dalam hidupnya. Untuk menguji iman dan mentalnya. Ia memang anak gedongan, apa saja yang ia minta pasti akan terkabul. Namun, kebahagiaan dan kasih sayanglah yang tak bisa dibeli dengan uang, sebanyak apapun itu! Karena kasih sayang itu tak ternilai harganya.
                “Hari ini, papa akan mendatangkan guru les piano untuk kamu, dara. Biar kamu bisa jadi maestro piano dikemudian kelak”
                “Pa aku capek tiap hari les ini-itu, belajar tak henti-hentinya. Aku pengen istirahat. Aku mau ngerasain indahnya bermain dan punya teman, pa”
                “Kamu berani ngelawan papa?!  Mulai nakal kamu sekarang! Siapa yang udah ngajarin kamu jadi anak pembangkang gini?!”
                “Aku gak ngelawan pa, aku cuma mau kebahagiaan. Aku ngerasa kesepian”
                “Kamu butuh teman? Yasudah nanti papa akan membawa anak teman relasi papa. Kamu gak boleh bergaul dengan orang yang derajatnya lebih rendah dari kita. Kita adalah keluarga terhormat!”
                “Pa kenapa sih papa gak ngasi aku kebebasan untuk memilih teman? Aku pengen berteman dengan siapa saja”
                “Halah! Kamu tuh masih kecil dara! Belum ngerti yang namanya hidup. Sudahlah lebih baik kamu turutin apa kata papa. Cuma papa yang tahu apa yang terbaik untuk hidup kamu”
                Dara hanya melanjutkan sarapannya dengan kedongkolan yang bercokol dohatinya. Untuk permintaan yang satu ini yang tak pernah dikabulkan oleh ayahnya, yang lainnya, mau beli mainan atau baju sebanyak-banyaknya, ayahnya takkan menolak. Hanya rasa sabar yang bisa Dara lakukan.
                Pria paruh baya itupun pergi berangkat ke kantor. Kini tinggallah Dara sendirian bersama para pembantunya.
                “Bi, waktu bibi kecil sering main gak sama temen-temen?” Tanya Dara polos.
                “Iya neng, dulu bibi sering main di sawah sama temen-temen. Main petak umpet, main galasin, main bola bekel. Masil banyak deh permainannya. Emangnya kenapa neng, kok nanyanya gitu?”
                “Aku pengen banget ,bi ngerasain indahnya bermain sama teman-teman. Bebas kesana-kemari sesukaku. Tapi yang ada aku malah cuma di kurung disini” Kata Dara sedih.
                “Sabar ya, neng. Bibi yakin kok ini yang terbaik untukmu” Kata Bibi Yuni berusaha menghibur.
                “Tapi aku gak bahagia bi. Ga enak banget rasanya gak punya temen”
                “Kan ada bibi. Kita main aja yuk? Mau main apa?”
                “Aku mau main permainan yang bibi certain. Lari-larian dan bercanda sama temen. Pasti lebih asyik”
                “Yah itu kan harus berkelompok mainnya. Hmm, main boneka aja yuk?”
                “Bosen ah, bi”
                “Kamu mau ikut bibi?”
                “Kemana?”
                “Ke tempat masa kecil bibi”
                “Tapi ntar aku dimarahi papa kalau keluar”
                “Gak apa-apa. Bibi berani ngejamin kok. Kamu akan aman kok”
                “Oh yaudah. Makasi banget ya, bi”
                “Iya sama-sama. Ayo kita siap-siap”
***

                Setelah Bibi Yuni memberitahu teman-teman pembantu di rumah Dara, ia pun segera membawa pergi Dara menuju tempat yang bisa membuatnya bahagia. Setibanya disana, Dara begitu berdecak kagum menyaksikan pemandangan yang ia lihat. Ia menyaksikan hijaunya persawahan yang terhampar sejauh mata memandang. Lalu diatas pegunungan itu berdiri tegak pepohonan di rerimbunan hutan belantara. Semuanya menakjubkan, terlihat anak-anak kecil kumuh yang seusia dengannya sedang asyik berlarian di sawah sambil berkejar-kejaran. Dara penasaran dan ingin sekali mendekati mereka.
                “Bi, aku mau main bersama mereka” Pinta Dara sambil menunjuk sekelompok anak yang berkubangan di lumpur.
                “Tapi kamu gak boleh berkotor-kotoran sayang”
                “Yaudah tapi pokoknya aku mau main sama mereka!”
                “Iya iya, sebentar ya, bibi panggilin mereka”
                “Nak Olip, nak gusti!” teriak Bi Yuni sambil melambaikan tangan kea rah sekelompok bocah tadi.
                “Eh ada mbok yuni. Ayo kita kesana” Ajak gusti pada teman-temannya.
                “Ayok” seru mereka bersamaan.
                “Kalian sedang apa?”  Tanya Dara sambil menatap satu persatu bocah itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.
                “Abis main mandi lumpur. Hii” Jawab Olip sambil nyengir polos.
                “Ih kok  jorok sih mainnya? Katanya cuma main petak umpet sama galasin?”
                “Iya sih biasanya kita main itu, tapi kita bosen kalau mainnya itu terus” ucap lili.
                “Betul itu” seru yang lainnya.
                “Yaudah sekarang kalian ganti baju ya, bibi bawa anak majikan bibi buat main bersama kalian. Oh iya, kenalan dulu dong”
                “Dara” kata dara sambil bersalaman dengan mereka.
                “Agus”
                “Gusti”
                “Olip”
                “Lili”
                “Senang bisa berkenalan dengan kalian” kata Dara sambil tersenyum.
                “Kami ganti baju dulu ya, dara” kata Lili.
                “Iya”
                “Ayo ikut ke pondok kami” ajak Agus.
                “Iya terimakasih, yuk” kata Bibi dan Dara sambil berjalan mengikuti langkah bocah-bocah itu.
                Setibanya di pondok kecil itu, Dara begitu tercengang dengan apa yang ia lihat. Dirumah yang begitu kecil ini mereka bisa bahagia walaupun dalam himpitan ekonomi yang sulit. Mereka masih bisa tertawa dan berlarian tanpa memikirkan keadaan keluarga mereka yang dibawah garis kemiskinan. Kehidupan seperti inilah yang Dara tak miliki. Ia memang punya segalanya, namun kebahagiaan dan kasih sayang keluarga yang tidak ia dapati. Dara sangat terharu dan salut pada kekompakan mereka. Ia begitu sadar masih banyak orang yang tak seberuntung dirinya.
                “Bi, aku jadi pengen tinggal disini’
                “Hmm, kasian dong bibi nanti sendirian kalau kamu disini. Begitu juga papa kamu”
                “Bibi kan masih bisa kesini lagi. Kalau papa, dia gak akan peduli”
                “Jangan gitu dong manis. Semuanya sangat sayang kok sama kamu”
                “Hei, kita mau main apa nih?” kata Lili yang tiba-tiba keluar dari pintu sambil mengenakan kaos usangnya.
                “Main galasin yuk? Tapi ajarin aku ya” Kata Dara polos.
                “Ayuk ayuk” Sahut Gusti dan Agus.
                Mereka pun pergi menuju lapangan di dekat sungai.  Mereka pun saling suit utuk menentukan kelompok. Setelah suit, merekapun segera memulai permainan. Masing-masing ditempatkan sesuai posisinya, satu sama lain harus bisa menyentuh lawannya. Supaya bisa memenangkan permainan. Nampak Dara yang sedikit grogi, namun ia bahagia bisa merasakan asyiknya bermain sebebas ini. Bi Yuni menatap mereka yang sedang asyik bermain dari balik rerumputan, ia tersenyum bahagia bisa melihat putri jutawan itu senang.
                Tanpa ia sadari ternyata hari semakin sore, Bi yuni pun akhirnya segera meminta mereka untuk berhenti bermainnya. Karena Dara harus segera pulang.
                “Maaf ya, Dara harus segera pulang nanti dia bisa dimarahi papanya kalau terlambat pulang”
                “Iya gak apa-apa kok. Kapan-kapan kesini lagi ya Dara. Seru banget bisa main bersama kamu!” Kata Gusti
                “Iya, tenang aja. Aku akan sering-sering kesini lagi kok”
                Merekapun berpamitan dan bergegas pulang. Mereka naik sebuah angkutan kota yang panas dan sumpek, namun tak menghilangkan rasa bahagia yang baru saja mereka alami. Dara tak henti-hentinya bercerita tentang pengalaman mengasyikkan ketika bermain. Sementara Bi Yuni dengan sabar meladeni Dara yang cerewet ini. Tak terasa mereka sudah tiba di depan gerbang istana itu. Lalu merekapun memasuki rumah dan berharap pak Mukhtar belum pulang. Namun, kenyataan berkata lain. Saat mereka memasuki rumah, terlihat Pak Mukhtar sedang berdiri tegak dengan mata melotot dan geram. Mereka pun ketakutan melihatnya.
                “Darimana saja kalian baru pulang jam segini?!”
                “Maaf tuan, tadi saya abis ngajak Dara ke taman di dekat perumahan sini”
                “Berani-beraninya kamu membawa Dara tanpa seijin saya! Mau kamu saya pecat?!”
                “Jangan, pa! Bi Yuni gak salah kok, aku yang salah udah ngerengek-rengek minta main di taman”  Kata Dara dengan polosnya membela pembantunya yang sangat berjasa padanya.
                “Hm baiklah, kamu masih bisa saya maafkan. Tapi kalau kejadian ini terulang lagi, saya gak akan segan-segan memecatmu! Masih banyak kok yang mau becus kerja disini!”
                “Makasi, tuan. Maafkan saya yang sudah lancang. Kalau begitu saya permisi dulu ke dapur”  Pamit Bi yuni sambil bergegas menuju dapur. Kini hanya tinggal Pak Mukhtar bersama Dara.
                “Dara, kamu jangan nakal ya. papa sangat sayang sama kamu. Papa gak mau kehilangan kamu. Cukup mama aja yang pergi, tapi kamu jangan” Pinta Pak Mukhtar sambil memeluk Dara.
                “Iya pa, Dara juga sayang banget sama papa”
***
Di kantor…
                “Kita harus cari lokasi baru yang akan kita pakai untuk bahan produksi kita” Kata Pak Mukhtar memulai meeting.
                “Tapi pak, apakah bapak tau dimana tempat yang cocok?” Sanggah salah seorang bawahan Pak Mukhtar.
                “Saya dapat tempat bagus. Masih banyak pohon-pohon jati di tempat itu” Kata Pak Mukhtar sambil tersenyum licik.
                “Wah, bagus itu, pak. Terus gimana pengurusan gono-gininya?” Tanya Sekretaris Pak Mukhtar.
                “Itu sih gampang. Hutan itu kebetulan dekat dengan kampung halaman pembantu saya. Tinggal kasih mereka uang yang melimpah juga akan nurut. Hahaha”
                “Ya mereka kan hanya orang miskin. Pasti dikasih uang saja langsung lupa sama yang lainnya. Betul kan boss?” Tanya salah seorang bawahan Pak Mukhtar.
                “Betul itu! Hahaha” Jawab Pak Mukhtar dengan tawa yang penuh rasa sombong.
***
Keesokan harinya, di desa sukawangi…
                Terlihat segerombolan mobil mewah mendatangi persawahan yang asri itu. Para petani pun tercengang melihat kedatangan mereka yang tak pernah mereka ketahui. Namun mereka mengenali salah satu orang itu, ya dialah Pak Mukhtar. Mereka langsung berebut bersalaman menuju Sang Jutawan itu.
                “Ada apa Pak Mukhtar yang begitu terhormat dan terpandang di negeri ini sudi mendatangi sawah kami?”  Tanya salah seorang petani dengan rasa hormat.
                “Begini, saya lihat di dekat sawah ini ada hutan jati kan? Saya berminat untuk membeli hutan tersebut. Saya berani membayar mahal!”
                “Ampun pak, bukannya kami tak mau. Tapi itu Hutan milik pemerintah” Sanggah salah seorang petani.
                “Saya akan membelinya dan mengurus semuanya. Kalian tinggal terima jadi saja. Kalian mau menawar berapa? Saya akan bayar berapapun yang kalian minta!”
                Petani-petani itupun tercengang, mereka bingung dengan tawaran yang sayang untuk ditolak ini. Tapi mereka tak tega menjual hutan dan sawah mereka pada jutawan itu. Mereka diam sesaat dan saling pandang satu sama lain dengan tatapan kosong.
                “Bagaimana? Mau tidak? Saya berani membeli hutan ini dan kalau perlu bersama sawahnya juga! 1 milyar? 2 milyar? Berapapun akan saya sanggupi!”
                Petani itu tercengang mendengar angka yang demikian fantastis itu. Mereka membayangkan akan menjadi kaya mendadak mempunyai uang sebanyak itu. Lalu mereka berbisik merundingkannya. Entah karena himpitan ekonomi atau memang tak sanggup mengurus sawah itu lagi, mereka pun akhirnya rela menjual sawah dan hutan itu.
                “Baiklah, Pak. Kami terima tawaran bapak. 3 milyar bisa?”
                “Hahahahaha. Berapapun itu, saya sanggup!”
                Seketika, sawah dan hutan itupun sekarang jadi milik Pak Mukhtar. Dengan kekayaan harta yang berlimpah, ia mampu membeli segalanya. Namun Pak Mukhtar terlalu picik pada kehidupan. Ia begitu egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri demi keuntungan yang akan ia dapati. Ia selalu merusak alam. Sudah banyak hutan yang jadi gundul karena habis ditebang untuk produksi furniturenya.
***
Di rumah Dara…
                Dara sedang sibuk bersiap-siap untuk ke desa yang kemarin ia kunjungi. Tepatnya Desa Sukawangi, tempat yang akan dibabat habis oleh ayahnya sendiri. Ia membawa berbagai makanan dan mainan yang akan ia sumbangkan untuk teman-teman barunya itu. Bersama Bi Yuni, ia pun bergegas menaiki sebuah kendaraan angkutan umum  menuju Desa Sukawangi yang tidak terlalu jauh dari rumahnya itu.
                Sementara itu, terlihat berbagai alat berat dan para tukang penebang sibuk untuk menebang pohon di Desa itu. Suasana yang tadi hening dan sunyi kini berubah menjadi bising dan lama-kelamaan akan gersang. Keasrian desa itu akan musnah diujung mesin penebang. Pak Mukhtar terlihat senyum-senyum licik dan bangga, karena sebentar lagi ia akan mendapatkan keuntungan yang besar.
                Dara dan Bi Yuni akhirnya tiba di Desa Sukawangi. Namun mereka melihat keanehan dan perubahan yang begitu drastis dari tempat itu. Baru saja kemarin mereka melihat pemandangan yang asri, kini berganti menjadi pemandangan yang gersang dan bising. Bi Yuni melihat sesosok Pak Mukhtar yang sedang melihat-lihat lokasi. Beliau pun tak banyak kata segera menghampiri Pak Mukhtar.
                “Pak, apa-apaan ini bapak menggusur kampung saya? Bahkan menebang semua pepohonan di hutan?” Kata Bi Yuni tak terima.
                “Ngapain kamu disini?! Ngapain juga kamu membawa anak saya?! Ini bukan urusan kamu, ini urusan bisnis saya!”
                “Pa, baru saja aku mendapatlan kebahagiaan yang tak pernah aku rasakan selama ini. Tapi papa tega menghancurkan semuanya! Papa jahaat!” Teriak Dara sambil memukul-mukul kakai Ayahnya.
                “Apa-apaan kamu dara? Kebahagiaan apa yang kamu maksud? Ga ada kebahagiaan disini! Disini hanya tanah gersang yang ga berguna!”
                “Papa, tega mengambil semuanya! Papa tega merampas kebahagiaanku. Kehidupan teman-teman baruku!”
                “Dara, kamu anak kecil ga ngerti apa-apa gak usah banyak bicara. Lebih baik kamu pulang sekarang juga!”
                “Gak! Aku gak akan pulang. Sebelum papa menghentikan ini semua. Papa ga mau kan kehilangan aku? papa sayang kan sama Dara?”
                “Dara, kamu gak usah manja gitu dong. Ini tuh urusan bisnis papa. Kita bisa hidup dari hutan ini sayang. Kamu mau hidup dijalanan hah?!”
                “Gak apa-apa Dara hidup dijalanan! Yang penting Dara bisa bahagia. Daripada sekarang, papa hanya memikirkan diri papa sendiri. Papa gak pernah peduli sama lingkungan yang udah papa rusak! Papa juga ga mikirin gimana perasaanku selama ini yang selalu dikekang dengan berbagai macam aturan papa!”
                “Berani kamu melawan papa?!!!” Kata Pak Mukhtar sambil mengarahkan tangannya ke wajah Dara.
                “Cukup pak!”  seru Bi Yuni sambil menepis tamparan Pak Mukhtar dari wajah Dara. Bi Yuni sudah tak tahan lagi melihat Dara disiksa seperti ini di hadapannya.
                “Kamu juga, yun! Kurang ajar! Kamu tuh pembantu! Ga ada rasa sopannya kau sama majikan! Mau saya pecat?!”
                “Gak apa-apa saya dipecat. Saya sudah gak tahan dan gak tega ngeliat bapak selalu menyiksa bathin Dara. Ia masih kecil, butuh kebahagiaan yang pantas untuk anak seusianya! Ga seperti ini pak caranya membuat Dara bahagia. Ini justru menyiksa Dara!”
                “Kau tuh pembantu! Ngapain menggurui saya!”
                “Maaf pak kalau saya terkesan menggurui bapak. Setidaknya kita sama-sama manusia. Harus saling mengingatkan. Semua manusia sama, pak!”
                “Halah! Kau ga pantas bicara seperti itu di depan saya! Lulus SD juga tidak. Gak usah menggurui saya!”
                “Udah cukup, pa! kalau papa masih tetap ingin menghancurkan kebahagiaan Dara. Lebih baik Dara pergi. Dara lebih bahagia bersama Bi Yuni. Walaupun kekurangan, tapi Dara bisa bahagia!”
                “Dara, kamu jangan tinggalin papa. Papa mohon. Cuma kamu satu-satunya harta papa yang paling berharga” Kata Pak Mukhtar yang tiba-tiba luluh oleh pinta Dara.
                “Aku akan pergi, kalau papa tetap ingin memusnahkan hutan ini! Apakah Papa gak sadar betapa berartinya pohon-pohon ini bagi kehidupan manusia?!”
                “Maafkan papa, Dara. Papa memang sudah terlanjur tersilap dengan kilauan harta. Sehingga papa melupakanmu dan melupakan lingkungan sekitar”
                “Papa sayang Dara kan? Kalau begitu Dara pengen papa suruh pulang tukang-tukang itu” kata Dara sambil menunjuk ke arah para pekerja yang sedang sibuk menebang.
                “Iya sayang. Papa sangat sayang sama kamu. Papa akan turutin keinginan kamu. Papa janji gak akan menyia-nyiakan kebahagiaanmu lagi” Kata Pak Mukhtar sambil memeluk erat Dara
                “Makasih pa”
                “Iya Dara. Maafkan papa”
***
 
BY: WIDYAWATI
SUMBER:

Setia Amanda [Cerpen : KASIH SAYANG]

  Hari ini, Manda sudah terbangun dari tidurnya dengan penuh semangat dan sukacita. Ia ucapkan selamat pagi pada semua penghuni rumah, pembantu, tukang kebun, supir, tukang sayur yang lewat, bahkan pada orang yang gak ia kenal. Orang-orang tercengang melihat sikapnya yang rada-rada aneh itu, salah satunya, Nyokap dan Bokapnya sendiri. Mereka cuma menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anaknya yang seperti kesambet setan mimpi.
            “Manda, kenapa kok kamu hari ini aneh sih?” Tanya Bokapnya ketika sedang sarapan bersama.
            “Aneh kenapa, Pa?” Tanya Manda sambil cengar-cengir.
            “Aneh aja kamu hari ini, senyum-senyum sendiri. Kamu sakit ya?”
            “Sakit? Ga kok, badan Manda gak panas kok” Kata Manda sambil meraba dahinya.
            “Hoalah, sudahlah Pak. Biarin aja sekali-kali Manda keliatan lebih semangat gini” Kata Nyokap ngeledek.
            “Iya bener tuh Pa, Mama aja biasa aja tuh!”
            “Iya deh, ngalah aja sama Manda”
            “Gitu dong, Pa. Hihi”
***
            Sebenernya, hari ini adalah hari bahagia bagi Manda. Hari ini bertepatan dengan hari jadinya dengan sang pacar, Leo, yang ke 3 tahun. Ia gak sabar mau ketemu dengan pacarnya untuk ngasih surprise. Ia sengaja bangun pagi-pagi, dan gak biasanya dia berkutat di dapur bersama Bi Iyem buat bikin sebuah kue. Walaupun gak ada sedikitpun keahlian membuat kue, tapi Manda tetep ngotot pengen bikin kue untuk ngerayain hari jadinya bersama pacarnya. Dengan sabar, Bi Iyem membantu Manda yang bawel binti cerewet ini tuk membuat kue, tepatnya kue black forest, kesukaan Leo.
            “Yeaaah, akhirnya jadi juga kue ini!” Gumam Manda.
            “Emang kuenya buat siapa sih, neng?” Tanya Bi Iyem.
            “Hmmm, ada deeh. Bibi mau tau aja deeh” Kata Manda sambil memeletkan lidah.
            “Dasar anak muda zaman sekarang, ditanyain malah jawabnya gitu. Yowislah kalau gitu, bibi mau nyetrika dulu”
            “Oke deh, bi”
            Manda pun membereskan peralatan dapur yang ia gunakan tadi, lalu membungkus kue tadi dalam sebuah kotak berukuran sedang. Ia gak sabar ingin segera memberikan kue yang keliatannya sih enak itu ke cowoknya yang paling ia sayang. Setelah siap, ia bergegas menuju kamar untuk berdandan.
***
Setelah Manda dirinya sudah cukup cantik dan rapi, Ia pun  bergegas menuju rumah sang pangerannya. Ia sengaja tak mengabari cowoknya itu, karena ia ingin memberi kejutan yang pasti gak diduga sama si leo.
            Setibanya di depan rumah Leo, Manda pun mengetuk pintu yang terlihat usang itu. Lalu gak lama kemudian sesosok lelaki muncul dari balik pintu, tapi bukan Leo.
            “Eh ada kak Manda, pasti nyari Kak Leo ya?” Kata Naufal, adeknya Leo.
            “Iya dek, mana tuh kakakmu? Panggilin dong”
            “Ada, tuh dia lagi di kamar belum keluar-keluar daritadi”
            “Masih tidur dek?”
            “Gak tau deh, aku liat dulu deh. Kakak masuk aja dulu, tunggu di ruang tengah aja”
            “Oh oke deh”
            Manda pun duduk menunggu orang yang ia cari itu. Ia agak sedikit bete. “Ah tuh orang kebo banget sih? Masa jam segini belum bangun? Huuh” Gerutu  Manda dalam hati.  5 menit kemudian datanglah Leo dengan senyumnya yang membuat rasa betenya Manda jadi ilang.
            “Sayang, happy anniversary yaa” Ucap Manda sambil memeluk Leo.
            “Iya cinta. Kok kamu pagi-pagi udah kesini? Kan nanti siang aku mau ajak kamu jalan”
            “Ahh aku udah gak sabar sayang pengen ketemu kamu. Aku pengennya sekarang aja. Nih aku bawa sesuatu buat kamu” Kata Manda sambil menyuguhkan kotak yang ia bawa.
            “Apa ini, cinta?” Tanya Leo penasaran.
            “Buka aja”
            “Waaaw, black forest! Kesukaan aku banget nih cinta! Tau aja sih kamu. Thank you ya cinta” Kata Leo sambil mencubit hidung Manda gemas.
            “Iya sama-sama. Btw, aku bikin sendiri loh sayang”
            “Oh ya? masa sih?”
            “Iya dong, masa aku boong? Cobain deh!”
            “Hmm, kok enak sih??” Tanya Leo ngeledek.
            “Ih nanyanya masa begitu. Enaklah! Siapa dulu dong yang bikin, Manda gituu!”
            “Iya deh iya, aku akuin deh kamu ternyata jago juga bikin kuenya” Kata Leo sambil melahap satu persatu potongan black forest.
            “Unyu unyu, nafas dong sayang makannya. Malu-maluin aja sih”
            “Abis enak sih, lagipula juga aku lagi laper. Hehe”
            “Duh kacian pacalku yang satu ini. Yaudah makan aja sampe abis”
            “Nah gitu dong”
            “Sayang, gak terasa ya kita udah 3 tahun jadian?” Kata Manda memulai topik baru.
            “Iya cinta. Aku seneng deh bisa bersama kamu terus. Semoga kita langgeng yah sampe kakek nenek”
            “Amiin. Aku gak mau jauh dari kamu sayang”
            “Makasi ya, cinta. Kamu udah mau setia dan sabar sama aku”
            “Iya sayang, kamu juga selalu sabar walaupun terkadang aku suka manja dan terlalu hiper protektif sama kamu.”
            “Apapun yang terjadi, kamu mau kan selalu di sampingku?”
            “Iya sayang. Kalau Tuhan emang berkehendak kita selalu bersama, aku akan selalu di sampingmu. Aku gak bisa jauh darimu”
            “Aku juga, cinta. Kamu jangan pernah tinggalin aku ya?”
            Suasana pun  berubah jadi sunyi dan mencekam. Pembicaraan mereka lama-kelamaan semakin serius. Setelah mengucapkan itu, Leo menatap Manda begitu dekat, hingga akhirnya kini wajah mereka hanya berjarak 1 cm. Apakah yang terjadi?
            “Toook… tookkk… tookkk!!” Suara ketukan pintu pun memecah kesunyian dan mengagetkan mereka yang sedang bercumbu itu. Sontak saja, Leo langsung salah tingkah dan segera menuju tuang tamu untuk melihat siapa yang datang. Manda pun jadi tersipu malu, sampai-sampai mukanya jadi memerah.
            Saat Leo membuka pintu, terlihat sesosok cewek tinggi langsing dengan rambut panjang terurai dan senyum yang menggoda. Ia sangat mengenali cewek itu. Tapi ia langsung panik dengan kedatangan cewek itu yang gak ia harapkan untuk datang sekarang. Ia takut melukai hati Manda yang baru saja merayakan 3 tahun jadian mereka.
            “Hei, baby. Kok handphone kamu aku telepon gak aktif sih?” Tanya cewek, yang bernama Mona itu.
            “Heh lo siapa sih? Cewek gila lo ya nyasar ke rumah gue! Pergi lo sana, atau gue teriak maling buat ngusir lo!”
            “Ihh baby kamu kenapa sih? Ga banget deh. Kamu baru bangun ya? kok ngigo gitu sih? Kata Mona sambil menepuk muka Leo.
            “Cewek sialan! Pergi lo sana! Jangan ganggu gue!” Usir Leo sambil mendorong tubuh cewek seksi itu. Amanda yang lagi ada di ruang tengah pun penasaran dengan apa yang terjadi di luar, karena mendengar suara teriakan Leo. Ia pun bergegas menuju ruang tamu.
            “Kamu kok tega sih sama aku, beb. Aku salah apa? Aku kangen banget sama kamu. Pengen ketemu kamu, tapi kok kamu jadi aneh gini sih?”
            “Ada apa ini?” Tanya Manda yang tiba-tiba mengagetkan mereka berdua, terutama Leo yang ngerasa riwayatnya akan habis hari ini juga.
            “Heh, lo siapa? Ngapain lo di rumah cowok gue?!”
            “Ada juga lo yang siapa? Ngapain lo ngaku-ngaku cewek Leo. Gue tuh ceweknya! Gila lo ya!” Kata Manda gak mau kalah.
            “Lo yang ngaku-ngaku! Gue ceweknya Leo! Apa-apaan sih lo pagi-pagi gini berduaan di rumah cowok gue! Dasar cewek murahan!”
            “Kurang ajar lo!” Kata Manda geram.
            “Sudah sudah!! Mona lo mendingan pergi deh sekarang juga! lo bukan siapa-siapa gue lagi!!”
            “Oke gue pergi, tapi lo juga harus usir cewek gatel ini juga!” Kata Mona lalu pergi meninggalkan Leo dan Manda.
            “Be…be..benar apa yang tadi dibilang sama cewek itu?” Tanya Manda terbata-bata tak percaya.
            “Cinta, ini hari jadi kita yang ke 3 tahun. Kamu tau kan kalau aku cuma sayang sama kamu? Udahlah gak usah dimasukin kehati omongan cewek tadi”
            “Tapi kenapa dia ngaku cewek kamu? Apa ada yang disembunyiin dari aku selama ini?! Jawab jujur!”
            “Aku ga sembunyiin apa-apa dari kamu! Tolong percaya aku, aku cuma cinta sama kamu”
            “Tapi aku gak percaya, aku ngerasa cewek itu bener!!”
            “Kamu lebih percaya sama cewek gila itu daripada aku?!”
            “Iya! Kamu tega banget sih ternyata kamu masih belum berubah juga!”
            “Yaudah aku minta maaf. Tapi aku bener-bener gak ada apa-apa sama dia. Dia cuma masa laluku!”
            “Bohong! Gak mungkin mantan tiba-tiba ngedatengin kamu dan manggil kamu baby segala! Udahlah gak usah ada yang harus dibahas lagi. Aku udah capek!” Kata Manda sambil bergegas pergi dengan linangan air mata.
            “Mandaa! Jangan pergi, kamu harus denger penjelasanku dulu!” Kata Leo sambil mengejar dan menggapai tangan Manda.
            “Lepasin! Aku udah capek terus-terusan dipermainkan sama kamu! Aku udah terlalu sering ngasi kesempatan buat kamu untuk berubah, tapi apa? Kamu masih sama aja! Masih sering ngehianatin aku!”
            “Aku gak mau sia-siakan kesempatan ini lagi, manda. Kamu jangan pergi. Aku gak sanggup hidup tanpamu”
            “Alah! Semua gombalmu udah basi! Kamu emang gak pernah bisa serius sama janji-janji kamu! Aku udah muak sama semua janji-janji kamu”
            “Aku akan buktikan kalau aku cuma sayang sama kamu!”
            “Percuma! Telat! Kamu cuma bisa mempermainkanku dan melukaiki saja! Aku masih punya perasaaan! Kamu jangan seenaknya mempermainkanku!”
            “Aku minta maaf manda. Kamulah satu-satunya cewek yang ada di hatiku. Cuma kamu yang ngerti aku”
            “Aku gak peduli! Udah cukup 3 tahun aja! Setelah itu jalani hidup masing-masing. Mulai detik ini kita putus!!”
            “Kenapa kamu memutuskan hubungan kita disaat kita sedang 3 tahunan ini? Padahal aku masih ingin berbahagia bersamamu”
            “Aku udah gak tahan dikhianati kamu terus! Kamu selalu saja mengulangi kesalahanmu, seolah kamu gak punya dosa! Kamu gak pernah mikirin gimana perasaanku!” Kata Manda sambil melepas cengkraman Leo dan berlari meninggalkan Leo seorang diri. Cowok itu kini menatap terpaku kepergian cewek yang paling ia cintai itu.
            Penyesalan emang datangnya selalu belakangan. Itulah yang sedang dialami oleh Leo. Ia hanya bisa menyesali kepergian Manda yang sangat tidak ia harapkan. Semua permainannya selama ini tak pernah bisa mengubah perasaan cintanya yang hanya untuk Manda seorang. Sampai kapanpun, Leo akan tetap mencintai dan mengharapkan cinta Manda. Leo terkulai lemas, ia benci pada dirinya sendiri.
            “Seandainya waktu dapat ku putar, aku berjanji takkan pernah menyia-nyiakan kamu, Manda. Cuma kamu yang bisa terima aku apa adanya, mengerti aku disaat suka ataupun duka. Aku akan tetap mencintaimu hingga ajalku mendekat nanti” Lirih Leo.

*** THE END ***
 
BY: WIDYAWATI
SUMBER:

Minggu, 22 April 2012

Hukum Berpacaran Long Distance dalam Islam


Assalamu'alaikum...... saya pernah baca,bahwasannya pacaran dalam islam itu dilarang,krn ada unsur khalwat dan ikhtilat yang bisa menjurus ke perzinaan.lantas bolehkah kita pacaran jarak jauh dan hanya via email or telp?bukankah itu tidak mngandung unsur khalwat dan ikhtilat?makasih tuk jawabannya wassalam

Echa

Medan

2003-10-09 11:59:39

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Memang secara pisik tidak terjadi yang namanya ikhitlat, namun jangan terlalu percaya pada diri kita bahwa proses kirim-kiriman email itu pasti aman.

Justru terkadang ini merupakan jembatan yang dapat dengan mudah dimanfaatkan syetan manakala posisi iman masing sedang lemah. Karena email itu umumnya bersifat pribadi, sehingga meski tidak bertemu langsung, pasangan itu punya kesempatan untuk "berbicara" berdua saja tanpa diketahui orang lain.

Bisa saja anda tetap menjaga jarak dan tidak bicara menjurus ke arah yang negatif, namun sepertinya tidak ada jaminan bahwa hal itu akan terus berlangusng dengan aman.

Orang jawa sering mengungkapkan "witing tresnio jalaran seko kulino" yang kira-kira maknanya adalah cinta itu biasa bersemi bila terus menerus dipertemukan. Barangkali awalnya masih normal, namun di tengah jalan, kenormalan itu bisa merubah menjadi keakraban, hingga berubah lagi menjadi keasyikan dan keenakan dan seterusnya.

Jadi sebaiknya pasangan itu tidak menyampaikan masalah pribadi dan hal-hal yang bisa menjurus kepada "keintiman" tertentu meski lewat email sekalipun.

Tapi bila tema pembicaraan adalah masalah umum yang tidak ada kaitannya dengan masalah pribadi, bisa saja diperbolehkan. Paling tidak, untuk mengukurnya adalah bila file-file email itu dipublikasikan dan dibaca orang banyak, seseorqang tidak merasa risih melihatnya. Karena tidak ada masalah pribadi disana yang menyangkut anda berdua. Dengan metode itu, yang menjadi pertanyaan adalah : Apakah seseorang merasa bebas menuliskan semua perasaan anda dalam email ? Apakah seseorang merasa "lebih aman" untuk menuliskan dan merangkai kalimat ? Apakah seseorang merasa privasi anda lebih terjaga dengan berkoresponsi via email itu ? Dan di pihak lain, apakah seseorang merasa bahwa calon pasangannya itu bisa dengan leluasa untuk curhat kepada anda ? Apakah seseorang merasa bahwa dia juga bisa mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapinya dengan sedikit lebih "bebas" ?

Kalau jawabannya adalah iya, maka sebenarnya media itu bisa saja dimanfaatkan untuk "kencan virtual". Kasusnya menjadi tidak jauh berbeda dengan kirim-kiriman surat biasa, ngobrol di telepon, SMS dan sejenisnya.

Bila merasa risih, ini adalah tanda bahwa yang dibicarakan berdua tidak lain esensinya adalah khalwat (berduaan). Biasanya orang yang mojok berduaan alasannya karena tidak ingin pembicarannya diketahui orang. Dan itulah khalwat yang diharamkan dilakukan oleh dua insan non mahram beda jenis.

Ta`aruf via internet yang dilakukan barangkali bentuknya selain kirim-kiriman email bisa juga chatting. Sehingga terjadi dialog langsung / interaktif antara pasangan itu. Dan bila menilik metode ini, sebenarnya tidak ada perantara atau pihak ketiga yang ikut terlibat secara langsung dalam email-emailan seperti ini.

Sehingga batasan apakah ini merupakan khalwat (menyepi berdua) atau bukan menjadi tidak jelas lagi. Memang secara pisik tidak terjadi khalwat, yang terjadi hanyalah �mungkin- sebuah �cyber khalwat�. Tapi memang esensi dari sebuah khalwat itu adalah �rasa bebas dan aman� untuk berekspresi dengan lawan khalwatnya. Dimana isi dan tema pembicaraan tidak diketahui oleh orang lain.

Hal ini bukan berarti tidak membolehkan seseorang untuk bertanya langsung kepada calon istrinya tentang point-point penting dalam ta`aruf. Namun pembicaraan tidak akan menjurus kepada sesuatu yang melenceng dari jalur ta`aruf bila suasananya bukan suasana khalwat. Karena harus ditemani oleh orang lain seperti orangtuanya, saudaranya atau lainnya. Sedangkan di email, suasana �aman� itu memang benar-benar tercipta dan peluang itu melenceng dari tujuan ta`aruf sungguh sangat besar.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Kamis, 12 April 2012

Mean - Taylor Swift


You, with your words like knives
And swords and weapons that you use against me,
You, have knocked me off my feet again,
Got me feeling like I’m nothing.
You, with your voice like nails on a chalkboard
Calling me out when I’m wounded.
You, pickin’ on the weaker man.

Well you can take me down,
With just one single blow.
But you don’t know, what you don’t know,

Someday, I’ll be living in a big old city,
And all you’re ever gonna be is mean.
Someday, I’ll be big enough so you can’t hit me,
And all you’re ever gonna be is mean.
Why you gotta be so mean?

You, with your switching sides,
And your walk by lies and your humiliation
You, have pointed out my flaws again,
As if I don’t already see them.
I walk with my head down,
Trying to block you out cause I’ll never impress you
I just wanna feel okay again.

I bet you got pushed around,
Somebody made you cold,
But the cycle ends right now,
You can’t lead me down that road,
You don’t know, what you don’t know

Someday, I’ll be, living in a big old city,
And all you’re ever gonna be is mean.
Someday, I’ll be big enough so you can’t hit me,
And all you’re ever gonna be is mean.
Why you gotta be so mean?

And I can see you years from now in a bar,
Talking over a football game,
With that same big loud opinion but,
Nobody’s listening,
Washed up and ranting about the same old bitter things,
Drunk and grumbling on about how I can’t sing.

But all you are is mean,
All you are is mean.
And a liar, and pathetic, and alone in life,
And mean, and mean, and mean, and mean

But someday, I’ll be, living in a big old city,
And all you’re ever gonna be is mean. Yeah,
Someday, I’ll be big enough so you can’t hit me,
And all you’re ever gonna be is mean.
Why you gotta be so ?
Someday, I’ll be, living in a big old city,
And all you’re ever gonna be is mean. Yeah,
Someday, I’ll be big enough so you can’t hit me,
And all you’re ever gonna be is mean.
Why you gotta be so mean?

Pengaruh Akibat Penderitaan



Pengaruh yang akan terjadi pada seseorang jika mengalami penderitaan :Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak bahagia atau tidak bahagia. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya sebagian dari kehidupan.

Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah.Apabila sikap negative dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaiannyaitu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaanyang berupa hambatan harus disingkirkan.


OPINI:
Penderitaan menghasilkan dampak bagi yang merasakan. Bisa berdampak baik ataupun buruk. Berdampak baik apabila penderita bisa mengambil hikmah dibalik penderitaannya dan belajar untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi. Namun juga berdampak buruk, karena penderitaan bisa menimbulkan goncangan jiwa dan parahnya bisa menimbulkan kehilangan akal sehat, serta trauma yang berkepanjangan.

SUMBER:

Penderitaan dan Sebab-sebabnya



Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat dari lahir atau batin, atau lahir batin. Jadi penderitaan adalahmenanggung atau menjalani sesuatu yang sangat tidak menyenangkan.Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan


Sebab-sebab timbulnya penderitaan :

a. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.

Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia denganalam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut basib buruk. Nasib buruk inidapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialahyang dapat memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan takdir, Tuhanyang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya.

b. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan/ azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat berupa usahamanusia untuk mengatasi penderitaan itu.


OPINI:
Berdasarkan dari pembahasan di atas, pada dasarnya penderitaan itu disebabkan oleh beberap hal. Contohnya berasal dari fisik atau rohani, berasal dari manusia atau Tuhan, berasal dari konflik atau peperangan dan lain-lain. Penderitaan itu sama saja, meskipun beda sumbernya. Karena penderitaan itu merupakan rasa sakit yang mendalam yang disebabkan oleh musibah ataupun cobaan hidup.

SUMBER:
http://www.scribd.com/doc/88476642/Manusia-Dan-Penderitaan